Jakarta, NAWACITAPOST – Trending topik di sosial media (sosmed) perseteruan antara walikota Surabaya, Tri Rismaharini dengan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa atau disapa Khofifah belum berujung damai. Dua mobil dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) sudah dipesan jauh hari oleh Tri Rismaharini. Dirinya memesan kepada Kepala BNPB. Justru dialihkan ke Rumah Sakit Unair dan satunya ke luar Surabaya. Tak lain dilakukan oleh Khofifah. Hal demikian tak lama, Tri Rismaharini pamit dari jabatan Walikota Surabaya.
BACA JUGA: 67 Tahun Yasonna Laoly : Bermakna, Berkesan dan Berpesan bagi Semua. Berikut Testimoni Para Tokoh !

Keduanya memberikan respons saling bertolak belakang. Mobil tes PCR memang telah ditunggu oleh pemerintah kota (pemkot) Surabaya. Bahkan, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya yang juga Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan. Mobil semestinya tiba Kamis 28 Mei 2020 lalu. Rencananya, pemkot Surabaya akan melakukan pemeriksaan spesimen pasien Covid 19. Ditujukan untuk yang menjalani karantina di Hotel Asrama Haji dan Dupak Masigit, serta daerah di Surabaya lainnya. Bahkan, sejumlah warga di Kelurahan Tanah Kali Kedinding telah hadir untuk mengikuti tes swab. Terlebih hadir sejak pukul 07.00 WIB. Namun, mobil tak kunjung datang hingga matahari terbenam.
BACA JUGA: Yasonna Sembari Lantik Pejabat Eselon II Kemenkumham, Ajak Sukseskan New Normal

Belakangan Gugus Tugas Covid 19 Surabaya mengetahui. Dua mobil dialihkan ke Lamongan dan Tulungagung oleh Gugus Tugas Covid 19 Jatim yang berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim. Padahal menurut penuturan Doni Monardo sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19, mobil dipesan untuk kota Surabaya. Dikatakan pada 25 Mei 2020. Di Surabaya, Jawa Timur, ada salah satu lab mengalami kerusakan. Sehingga tidak bisa melakukan pemeriksaan. Oleh karenanya, pengirimannya dua unit mobil Lab Bio Safety Level 2. Tentu bisa membantu Pemerintah Jatim khususnya Kota Surabaya.
BACA JUGA: Bukan Saatnya Lagi, Takut dan Khawatir akan Rampok?

Lalu, Sabtu 30 Mei 2020 lalu, Khofifah menjelaskan. Terutama terkait alasan pengalihan mobil PCR di Tulungagung dan Sidoarjo. Alasannya, banyak kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang meninggal sebelum menjalani tes swab di Tulungagung. Lebih lanjut, Sidoarjo juga sangat membutuhkan banyak pemeriksaan tes swab. Sebab hanya memiliki kapasitas melakukan tes swab PCR sebanyak 16 spesimen per harinya. Sementara untuk daerah Lamongan, hanya memiliki alat tes berupa Tes Cepat Molekuler (TCM). Yang mana memang setiap harinya hanya bisa melakukan tes sebanyak 12 spesimen. Demikian jauh berbeda dengan kondisi Kota Surabaya yang memiliki tujuh laboratorium besar. Terlebih untuk melakukan pemeriksaan tes swab PCR. Diantaranya Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair), RSUD dr Soetomo dan RS Premier Surabaya.

Usai berseteru, Hari Jadi Kota Surabaya ke 727 tahun 2020 disebut menjadi tahun terakhir Tri Rismaharini sebagai Walikota. Dirinya pun menyampaikan harapan bagi kota pahlawan. Layaknya pamitan ke warga Kota Surabaya. Yang mana disampaikan secara daring melalui media sosial (Medsos) milik Pemkot Surabaya. Padahal dirinya masih memiliki mimpi besar. Tak lain supaya anak Surabaya dapat terus meningkatkan prestasi. Dirinya ingin warganya dapat bersaing hingga tingkat internasional. Sebab, potensi yang dimiliki arek – arek Suroboyo sangat mumpuni. Seperti contoh dirinya saat sempat menjadi pembicara di forum internasional PBB beberapa waktu lalu. Tak menyangka sebagai Walikota bakal berbicara di depan kepala negara di dunia. (Ayu Yulia Yang)
BACA JUGA: Artis Cilik Indonesia Bersuara Khas, Kobarkan Segarkan Bangkitkan Tagline Nias Pulau Impian