Jakarta, NAWACITAPOST.COM – Jumlah anggota jaringan Negara Islam Indonesia (NII) mendekati 1 persen dari penduduk Indonesia. Berarti, 2,7 juta jiwa saat ini mereka siap bergerak. Begitu pendapat pengamat terorisme Al Chaidar usai 1125 anggota NII ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 di provinsi Sumbar, April 2022.
Baca Juga : Eks HTI dan FPI Serang Jokowi, Manfaatkan Perpanjangan PPKM
Walaupun Al Chaidar, menegaskan NII tak berbahaya, seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), dan Jemaah Islamiyah (JI). Namun, perlu dicatat. Sebelum Pasca pemimpin mereka bernama Kartosewirjo ditangkap dan dieksekusi mati tahun 1962.
Baca Juga : SBY Berkuasa Ragu dan Takut Bubarkan HTI dan FPI, Hampir Membahayakan NKRI
13 tahun (1949 – 1962) NII pernah melakukan pemberontakan kepada pemerintahan Presiden Soekarno dan Hatta. Selain menghalangi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ribuan ibu-ibu menjadi janda dan ribuan anak-anak menjadi yatim-piatu. Diperkirakan 13.000 rakyat Sunda, anggota organisasi keamanan desa (OKD) serta tentara gugur. Anggota DI/TII yang tewas tak diketahui dengan tepat (diperkirakan mendekati ratusan ribu.
Pertengahan April 2022, NII memindahkan kendali operasinya di Sumbar. Bukan tanpa perhitungan. Mereka paham dan tahu, bahwa Sumbar adalah basis kekalahan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019. NII ingin memanfaatkan sentimen negatif sebagian rakyat Sumbar ke Jokowi sebagai bagian perlawanan.
Namun, berkat kesigapan dan kecermatan Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, ribuan anggota NII berhasil ditangkap di Sumbar.
Bahkan, dokumen tertulis mereka yang ditemukan tim Densus 88, mereka itu akan melengserkan Presiden Jokowi sebelum 2024.
Salah satu pintu masuknya, mereka akan menyusup disetiap demo mahasiswa, dan demo Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), yang kemarin digelar, tetapi mereka gagal total. Yang terjadi, justru mereka yang ditangkap.