Jakarta, NAWACITAPOST – Muhammad Afif Bobby Nasution biasa disapa Bobby merupakan putra dari Alm. Erwin Nasution yang merupakan mantan Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (Persero) IV dan ibunya Ade Hanifah Siregar. Jiwa bisnisnya terasah dengan baik dan terus berlanjut. Dimulai pada tahun 2011, Bobby sudah terjun ke dalam bisnis property dengan merenovasi rumah untuk dijual kembali. Ia pernah terlibat dalam proyek pembangunan Malioboro City di Yogyakarta.
Baca Juga : Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Mendukung Kelompok KAMI (Gatot Nurmantyo)?
Kepiawaian bisnis Bobby terus berlanjut, pada tahun 2014 menjadi manajer di klub Medan Jaya yang bersaing di Divisi Utama Liga Indonesia. Kemudian tahun 2016, bergabung dalam perusahaan properti Takke Group dengan posisi Direktur Marketing sampai dengan sekarang. Ia juga merupakan pemegang saham sekitar 10-20 persen di perusahannya tersebut.
8 Nopember 2017 Bobby menikah dengan Kahiyang Ayu (anak Kedua Presiden Jokowi) dan dikarunia 2 orang anak bernaka Sedah Mirah Nasution, dan Panembahan Al Nahyan Nasution.
Saat ini, Bobby aktif di organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang menjabat sebagai Wakil Ketua BPP HIPMI untuk Periode 2019-2022. Ketika Pilkada 9 Desember 2020 digelar, Bobby dan Aulia Rahman ikut Pilkada tersebut. Hasilnya menang sebagai Walikota dan Wakil Walikota Medan.

Menangnya Bobby sebagai Walikota Medan, sepertinya menjadi kecemasan dari Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi atau bisa berujung perontokan kewibawaan kepemimpinannya. Apa pasal? Ini hanya sebuah catatan kecil saja. Edy (Saat itu Pangkostrad), ketika menjadi calon Gubernur Sumut meminta dengan sangat kepada Gatot Nurmantyo untuk dipensiunkan dari militer. Permintaan Edy (soal pensiun dari militer) dikabulkan Gatot. KPUD Sumut menetapkan pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Iject) sebagai Cagub dan Cawagub.
Kali ini Gatot, UAS, Amien Rais, Din Syamsuddin dan Tengku Zulkarnain (HTI) diminta menjadi Juru Kampanye Edy – Iject dan mendukungnya secara masif. Hasilnya Edy – Iject menang di Pilkada Sumut. Hanya sekedar menjadi catatan berhuruf tebal saja. Gatot dan Din membentuk KAMI yang kerjaanya merongrong pemerintah tanpa solusi jelas, bahkan salah satu ucapannya yang menohok adalah mendikte Presiden Jokowi dengan kebijakan yang absurd dan jauh dari ide dan gagasan cerdas.
UAS ceramahnya selalu berseberangan dengan Pemerintah, Amien Rais setelah tak menjadi Ketua MPR dan terusir dari PAN, sikapnya semakin aneh dan punya pikiran sempit, bahkan khusus ke Jokowi, Amien selalu menjadi seteru yang mengedepankan dan mengentalkan sentimen pribadinya kepada suami dari Iriana Jokowi yang pernah jadi Walikota Solo, Gubernur Jakarta, dan saat ini sebagai Presiden untuk periode kedua. Tengku yang dikenal sebagai pengurus inti HTI (Pemerintah menyatakan organsisai terlarang) berdasarkan putusan yang diperkuat PTUN Jakarta pada tahun 2017, dan juga ditolak MA pada 2019. Dukungan Gatot Cs ke Edy bisa dikatakan kental denga politik identitas. Yaitu kampanyenya meniru kampanye Anies, serta masa tenang dilakukan Edy – Iject dengan mengelar ibadah dini hari berjemaah.
Sementara Boby, tinggal selangkah lagi dilantik Mendagri melalui Gubaernur Sumut menjadi Walikota Medan, mempunyai pondasi kuat dalam wawasan kebangsaan dengan bentukan tetap nasionalis – religius.
Artinya Secara ideologi kebangsaan, jiwa Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI nya Bobby tak perlu diragukan lagi. Perbedaan menjadi pilar utama dalam menggerakan pembangunan Medan sudah pasti dieksekusi secara adil dan merata tanpa melihat latar belakang apapun.