Uniknya, pada tahun 1872 — 250 tahun silam — bagian pertama dari Epos besar bangsa Nusantara itu diterbitkan dengan huruf lantaran. Setelah 122 tahun kemudian (1994) baru diterbitkan transkripsi dan terjemahannya dalam jilid pertama. Dan menyusul kemudian jilid kedua pada tahun 2000. Semua usaha itu justru disponsori oleh Koninklijk Instituut Bogor Taal Landen Volkkenkunde (KITLV) atau yang lebih populer disebut Institut Kerajaan Untuk Bahasa dan Budaya Negeri Belanda.
Jika kemudian ada pertanyaan, mengapa naskah kuno dan peninggalan sejarah bangsa Nusantara dicintai Bangsa Asing, tampaknya pertanyaan serupa itu bisa jadi merupakan bagian dari misteri dari warisan para leluhur kita itu, yang tidak kalah menarik untuk diungkap pada kesempatan berikutnya.
Banten, 20 September 2022