Pria kelahiran Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957 silam ini, merupakan anak bungsu dari 12 bersaudara. Namun, empat saudara Moeldoko meninggal dunia saat ia masih kecil. Delapan bersaudara yang masih dia jumpai, terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan.
Sang ayah, Moestaman, adalah petani. Sedangkan, ibunda Moeldoko, Masfuah adalah seorang ibu rumah tangga. Selain bertani, sang ayah juga menjadi Jagabaya alias perangkat keamanan di desanya.
Dalam situasi paling sulit, isi buah mangga atau pelok dalam bahasa Jawa menjadi santapan pengganti nasi. Namun, bukan berarti tak ada cerita gembira di masa kecilnya. Kelayapan di kebun tebu bersama teman-teman atau bermain di sungai adalah kegembiraan bagi mantan Panglima TNI ini.
Tantangan hidup selama remaja, menjadi satu fragmen penting bagi Moeldoko. Saat duduk di bangku SMA, ia harus berangkat ke sekolah yang berjarak sekitar 35 kilometer dari rumahnya. Waktu itu, Moeldoko kerap “menumpang” angkutan umum, alias naik tanpa membayar.