Surabaya NAWACITAPOST – Dalam melaksanakan kegiatan sosialnya, Ganjarist Surabaya menemukan sebuah fenomena kehidupan yang sungguh memprihatinkan.
Yuni (15 tahun), lebih dari separuh hidupnya mungkin belum pernah merasakan kebahagiaan. Karena sejak balita, gadis pengidap Autis berat ini kurang merasakan kasih sayang ibunya yang sudah meninggal sejak ia berusia tiga tahun.
Dengan kondisi kaki yang kecil sehingga sulit berdiri, keseharian Yuni hanya bersama sang ayah, pak Karjono yang sering meninggalkannya karena harus bekerja serabutan.
” Kalau saya kerja biasanya Yuni saya kunci biar ndak kabur, dan untuk makan atau minum biasanya dibantu tetangga yang menyuapinya,” kata Karjono kepada Ganjarist Surabaya di rumahnya Jl. Banyu urip Kidul II No. 182, RT10 RW04 (Gang Langgar), Kamis 23 Desember 2021 sore.
Ditanya bantuan dari pemerintah, Karjono mengaku sudah 9 tahun ini PKH nya diblokir karena ada ketidak sesuaian antara KTP dan KK bapaknya.
Sedangkan untuk permakanan, setiap hari hanya mendapatkan nasi jatah lansia (tiap pagi) dan mengandalkan bantuan dari tetangganya.
Melihat hal ini, Ayu Intan Mustika, Koordinator Ganjarist Surabaya mengungkapkan keprihatinan karena masih ada warga Surabaya yang hidup dalam penderitaan seperti yang dialami Yuni beserta Ayahnya.
” Sore ini kita bersama relawan gideon mengunjungi di kawasan putat jaya, dimana kita bertemu adik Yuni. Setelah menunggu selama 3 jam karena Ayah Yuni masih bekerja, barulah kita bisa melihat yuni seorang diri didalam rumah kontraknya dalam keadaan gelap,” ungkap Ayu.
Kehidupan dan perkembangannya sangat menyedihkan, sejak kecil sudah ditinggal ibunya meninggal dan kini hanya bersama bapaknya.
” Kami mendapatkan banyak cerita dari tetangganya bahwa kehidupan yuni dan bapaknya sangat jauh dari kelayakan. Di malam hari, seringkali Yuni tidak tidur bahkan sering teriak teriak dan merusak perabotan,” kata Ayu menjelaskan informasi yang didapatnya.

Bahkan kejadian seminggu yang lalu saat hujan deras, rumahnya kemasukan air dan banjir, Yuni sendirian didalam rumah.
” Saat ini, Ia sedang sakit batuk parah dan jauh dari kata sehat dalam ukuran umur seorang anak,” ujar Ayu kepada Nawacitapost sembari menitikkan air matanya.
Sesuai informasi, bantuan dari pemerintah kota hanya mendapatkan jatah makan nasi sekali yakni di pagi hari dan setiap bulan mendapat jatah beras 5 kg.
” Melihat kondisi seperti ini, kami jadi mempertanyakan kinerja aparat kelurahan Banyu urip dan kecamatan Sawahan selaku penanggung jawab wilayah,” tanyanya.
Menurut Ayu, kondisi yang sangat penting dilakukan adalah penanganan fisik dan psikis dari tenaga kesehatan serta psikiater.
” Semoga kedatangan relawan Ganjarist surabaya ini bisa sedikit membantu dengan bantuan sembako, pampers yang memang sangat dibutuhkan karena adik Yuni susah berjalan sendiri dan sering ditinggal ayahnya sehingga untuk BAB dan buang air kecil di celana,” kata Ayu Intan.
” Dan semoga pemerintah kota bisa bergerak cepat memnyelesaikan permasalahan salah satu warganya yang belum tersentuh terutama dalam hal kesehatan fisik, psikologis dan mentalnya,” imbuhnya. (BNW)