Jakarta, NAWACITAPOST.COM – Saat dipercaya Presiden sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim berumur 35 tahun lebih 3 bulan lebih 19 hari (lahir 4 Juli 1984) dilantik sebagai Menteri pada 23 Oktober 2019.
Baca Juga : Nadiem Makarim Bertemu Menteri Pendidikan Belanda, Tingkatkan Kerja Sama dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Namun, bukan hanya muda, suami dari Franka Franklin memegang posisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ada banyak hal, Jokowi memilihnya, salah satunya ungkapan ayah dari Solara Franklin Makarim, “Harus ada manfaat sosial. Bisnis tak melulu cari untung,” jelas CEO Gojek non aktif ini dalam catatan harian yang dibagikan kepada kaum muda dimanapun berkiprah.
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, pada tahun 2020 mencanangkan sebuah program yang mendukung proses belajar mandiri siswa yaitu Merdeka Belajar. Seperti namanya, program Merdeka Belajar merupakan program yang mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka.
Guru kini tidak lagi berperan untuk menjalankan kurikulum saja namun menjadi penghubung antara kurikulum dan minat siswa.
Program ini, siswa dan guru sama-sama bebas berinovasi untuk meningkatkan kualitas belajar mereka. Lalu, bagaimana caranya supaya kita dapat mendukung kerja program Merdeka Belajar secara efektif?
Bagi Nadiem, setiap anak di Indonesia yang telah mencapai usia sekolah, harus mendapat Pendidikan di sekolah secara gratis.
Bukan hanya banyak sekolah di daerah terpencil di Indonesia yang dikunjungi Nadiem, tetapi solusi pun dicari jalan keluarnya. Penempatan guru-guru di sekolah yang dimaksud itu, diberikan tunjangan dan fasilitas yang memadai.
Maka, tepat tim juri nasional Nawacita Award memberikan penghargaan kepada Nadeim dalam kategori Pendidikan karakter bangsa.
Yang mana itu seirama dengan program nawacita presiden Jokowi, butir Kedelapan, yaitu ; Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.