Jakarta, NAWACITAPOST – Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan biasa disapa LBP, di era Gus Dur pernah menjadi Duta Besar RI di Singapura, Menteri Perdagangan dan Perindustrian. Kini di era Presiden Jokowi, menjabat Menko Marves, dan kabarnya ada 9 tugas yang diurus LBP diperintah langsung Jokowi, dan dua tugas utama yang mencuat kepublik dan berhasil diatasi, vaksin dan minyak goreng.
Baca Juga : Ini Alasan LBP Dipercaya Presiden Jokowi
Mengutip pemberitaan Chanel YouTube 2045 dalam acara Sudut Pandang yang dibawakan Supriyanto Martosuwito, Minggu 12 Juni 2022, LBP atau bisa juga disapa Opung Luhut adalah sosok yang bersikap lugas, tegas, apa adanya, dan tanpa basa-basi.
Jenderal yang masuk Akmil 1967 dan mendapat gelar terbaik Adhymakayasa AKabari tahun 1970 ini, di era Jokowi juga pernah menjadi Kepala Staf Presiden, Menko Polhukam, Menko Maritim ini, bersama jenderal Hendropriyono, Jenderal Agum Gumelar dan Jenderal Moeldoko, LBP adalah tameng Jokowi menghadapi kubu lawan, khususnya sisa rezim Orde baru pengikut Cendana dan kaum oposan.
Opung Luhut lahir 28 September 1947, kini berusia 74 tahun ini selain sosok tegasnya tetap sama, tak penah luntur dan tercemar oleh godaan apapun. ia juga tak pernah bermanis-manis muka, dan bahkan jarang tersenyum.
“Banyak sih atasan saya, Pak Wismoyo, sebenarnya saya baik sama beliau. Artinya saya bilang ke beliau setelah pensiun, pak dulu bapak bilang loyalitas misalnya begitu, mesti diwujudkan dengan ucapan gitu, ya saya susah, kadang-kadang saya juga gak suka juga sama bapak bilang begitu, tetapi bukan berarti tidak loyal, tidak setuju misalnya, tapi kalau itu sudah menjadi perintah, ya saya akan lakukan, nah prinsip itu saya pegang,”tegas LBP
Terkait adanya sekelompok orang yang benci LBP, karena ia dipercaya Presiden Jokowi untuk menyelesaikan banyak urusan, yang nyatanya dia (LBP) mampu. Akibatnya banyak pejabat sakit hati, lantaran kehilangan posisi bahkan dipecat, lalu turut membenci, karena susah dilobi, maka mereka itu hanya nyinyir dan membenci.
LBP merupakan sosok yang sigap mengambil terobosan dan menerabas, kemampuan yang tak dipunyai pejabat kita.
Kebanyakan pejabat yang sudah nyaman cenderung prosedural, birokratis bahkan untuk hal-hal mendesak, takut mengambil keputusan dan cari aman.
Dalam carut marut birokrasi, LBP tak jarang turun tangan, dia mengambil alih dan melakukan pemangkasan alur yang ternyata berhasil, sebagaimana Presiden Jokowi, dia menyatakan siap bertanggung jawab dengan segala resikonya sejak dimiliter sejak di Kopassus LBP disebut sebut anak emas atau golden boy Panglima ABRI Benny Moerdani.

Itu modal awal mengapa orang tak menyukainya. Benny Moerdani adalah jenderal, kontroversial ABRI merah putih, apalagi Luhut terlibat story dengan Prabowo Subianto, saat menggugat Presiden BJ Habibie, yang dibelakang hari kemudian didukung kelompok Islam fundamentalis militan, bahkan kedekatannya dengan Benny Moerdani, yang kemudian disingkirkan Soeharto, membuatnya apes meski banyak prestasi dan mumpuni ia tak jadi Danjen kopassus tidak jadi Kasdam atau Pangdam sebagaimana rekan seangkatannya Luhut.

Di pemerintahan Jokowi, Luhut adalah bamper dan pelindung bagi Jokowi yang sipil tegak lurus.
Disamping ada yang membenci Luhut, tetapi ada juga netizen ang mengidolakan karena Luhut adalah sosok multitalenta serba bisa, ketegasan dan kemampuan manajerial dan keberanian mengambil keputusan memungkinkan menjadi nomor satu di Republik, kita sama-sama tahu kenapa dia tak jadi nomor satu, melainkan pelindung nomor satu.

Yang jelas dan pasti, Indonesia memerlukan sosok seperti Luhut, Presiden adalah citra seorang bapak bangsa melindungi dan menyanyi anak-anaknya sedangkan disisinya ada paman atau si sulung yang bisa menjadi pengayom, pendidik dan penghukum disinilah peran Luhut diperlukan.
Dalam sejarah politik Indonesia yang unik, selalu ada orang Batak yang mendampingi Presiden. Ada jenderal Nasution disisi Soekarno, ada Marsden Panggabean mendampingi Soeharto, ada Sintong Panjaitan yang menjaga BJ Habibie dan ada Sudi Silalahi yang dekat dengan SBY.
Jenderal- Jenderal Batak itu, membawa hokie bagi Presiden yang memerintah khususnya di zaman Soekarno, Soeharto, Habibie, SBY dan Jokowi.
Lalu apakah karena tak ada Jenderal Batak yang menjaga Gus Dur dan Megawati, membuat pemerintahan mereka gampang tumbang, entahlah. Bisa jadi itu hanyalah bagian dari ilmu cocokulogi.
“Mayoritas minoritas, saya tuh gak terlalu percaya itu, ya ada naik turun, yang saya percaya adalah knowledge, hati dan kau kerja bagus dan kau bisa berkarya tetap kau dipakai dimana saja,” pungkas Opung Luhut dalam suatu kesempatan dihadapan publik.