Jakarta, NAWACITAPOST-.Majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Walikota Solo yang diusung PDI Perjuangan dan partai pendukung lainnya semakin memantapkan langkahnya terus bergerak ke arah kemenangan dalam kompetisi pilkada langsung yang dijamin dan diatur Undang-undang.
Baca Juga : Poyuono Lebih Dulu Ketua Umum Dibanding Prabowo Subianto
Dukungan mengalir kepada ayah Jan Ethes, selain pro juga ada yang kontra. Yang pro tak perlu dipersoalkan. Basis daerah Solo adalah basis merah atau tepatnya Banteng Moncong Putih selalu loyal dan manut kepada titah Teuku Umar 46 Jakarta. Slogan loyalnya adalah merah kata Mega merah juga kata kader PDI Perjuangan.
Namun, yang kontra pun ada. Menyebutnya Jokowi memberlakukan dinasti politik. Katanya kepada anaknya itu dilakukan. Lalu apakah yang dilakukan itu salah. Jika Salah, salahnya dimana?
Bukankah Gibran dan calon kepala daerah lainnya telah melakukan rangkaian penetapan mulai pendaftaran dan penetapan yang ditetapkan partai secara berjenjang.
Kakak kandung dari Kahiyang ini sudah melakukan tahapan disyaratkan partai, sowan atau pengenalan kepada pengurus paling bawah seperti ditingkat ranting pun dijalaninya seperti para calon kepala daerah lainnya yang diusung PDI Perjuangan.
Pembelaan pun datang. Ya, Arief Poyuono yang dulu sempat berseberangan dengan Jokowi. Saat ini berdiri di garda terdepan untuk selalu membentengi langkah Gibran di Pilkada Solo. Baginya dinasti politik selama itu dilakukan secara demokratis maka itu sah adanya. Langkah Poyuono ini membuat Fadli Zon semakin meradang dan bertambah kesal.
Saat ini membela langkah penetapan kakak kandung Kaesang, bahwa selama itu dilakukan secara prosedural dan penetapan yang dilalui demokratis maka tak perlu dipersoalkan lagi penetapan anak Jokowi, bahkan Poyuono berani menjamin Gibran bisa menjadi jembatan emas menuju 2050.